Dalam kamusbahasa Inggris dijelaskan bahwa, terdapat dua istilah yang sering diartikan sebagai budak, yaitu servant dan slave. Servant berarti pelayan, pembantu; orang yang mengabdi pada seseorang atau sesuatu. Dan slave, yang diambila dari kata “slav” yang merujuk kepada bangsa Slavia, berarti budak, pekerja keras, atau orang yang dipengaruhi oleh kebiasaan. Dan menurut Menurut Hamka, budak berarti seseorang yang tidak merdeka. Dia menjadi milik tuannya: sebagaimana seseorang memiliki sebuah barang. Layaknya barang, budak boleh dijual, dihadiahkan atau dijadikan sebagai istri.
|
Denny Alfiana Anggraeni Aktivis Nahdlatul Wathan UIN Walisongo Semarang |
Secara hukum, budak merupakan manusia setengah barang. Yakni, walaupun secara kasat mata dia merupakan manusia normal, namun disisi lain dia adalah harta atau benda yang sepenuhnya dimiliki oleh tuannya. pasalnya, dalam konteks ini sorang tuan berhak melakukan segala kehendaknya kepada seorang budak yang dimilikinya. Dan konsekuensi logis bagi seorang budak menuruti kehendak tuannya. Dalam artian, budak tidak berhak menolak kehendak yang diinginkan oleh sang tuan.
Misal, dalam dimensi kehidupan Rumawi Kuno, Budak tidak hanya dipekerjakan di sebagai mesin penghasil makanan saja. Namun, para tuan mempergunakan budak sebagai alat penghibur. Salah satunya dengan menjadikannya “gladiator” yang berperang hingga darah penghabisan.
Dalam konteks ini, tentu status budak yang disandang manusia tentu sangat bertolak belakang dengan fitrah manusia itu sendiri yang notabene sebagai makhluk yang merdeka. Sebab, telah jelas disebutkan dalam satu riwayat yang berbunyi, “kullu mauludin yuladu ‘alal fitrah”. (H.R Bukhori dan Muslim). Artinya, setiap manusia dilahirkan diatas kemerdekaan.
Degradasi mental yang mengakibatkan tumbuh kembangnya penjajahan manusia (red: budak) tentu sangat mengiris hati. Selain mengakibatkan manusia terpenjara, perbudakan juga sangat bertentangan dengan ghirah konstitusi negara Indonesia yang notabene sangat menentang keras adanya penjajahan di atas dunia (red: Pembukaan UUD 1945).Oleh sebab demikian, kita yang layaknya manusia merdeka harus sadar untuk memerangi jiwa primitif yang tak sesuai dengan peradaban zaman.
Dewasa ini, bangsa Indonesia terbilang banyak yang terserang virus perbudakan. Memnag hal ini tak kasat mata, namun jika kita jeli menganalisis problem lingkungan, tentunya kita akan dikejutkan oleh adanya perbudakan yang tergonisir secara sistematis. Misal, bangsa Indonesia lebih bangga memakai produk luar dari pada produk asing, membangga-banggakan warga negara asing dari pada warga negara lokal, lebih bangga memakai budaya asing dari pada melestarikan budaya lokal, dan lebih bangga sekolah di negara asing dari pada menjadi “murid” di Negara sendiri.
Dalam konteks di atas terlihat jelas bahwa, mental bangsa Indonesia telah mengalami degradasi yang sangat memprihatinkan, yang tentunya akan berimplikasi terhadap tergerusnya nilai-nilai luhur budaya bangsa yang domonan menggandrungi keadilan, kesejahteraan dan keamanan (red: local wisdom).
Dengan demikian, adanya problematika serius tersebut, jajaran pemerintah beserta segenap Warga Negara Indonesia harus bersama-sama saling bahu membahu, bersinergi serta saling mengerti bahwa sesungguhnya kita merupakan negara kaya raya. Hal ini bisa kita ambil contoh dari prinsip idiologis presiden pertaa Indoensia, Soekarno yang sangat menolak keras berkerja sama dengan Amerika. Bahkan tak takut dan tak gentar, walaupun Bung Karno dikecam keras oleh Negara Asing prinsip Indiologis tersebut tetap tercantap di hati proklator pertama itu.
Dalam konteks ini, eksistensi kita yang hidup di Indonesia adalah manusia yang benar-benar memang cinta dan menyadari bahwa nyawa dan raga kita merupakan bagian yang termaktub dalam perjuangan tanah air, bukan manusia yang kebetulan hidup dan menetap di tanah air. Dan sudah sepatutnya hal tersebut harus meningkatkan pondasi keimanan kita untuk memperkokoh mentalitas sebagai mental raja. Jangan sampai perkataan Bung Karno yang menyebut “Indonesia lebih bagga menjadi kuli di Negeri sediri” benar terjadi. Wallahu a’lam
- Tayang di Harian Rakyat Jateng
Title :
Merdeka Dari Mentalitas Budak
Description : Dalam kamusbahasa Inggris dijelaskan bahwa, terdapat dua istilah yang sering diartikan sebagai budak, yaitu servant dan slave. Servant bera...
Rating :
5