|
Oleh: Ahmad Anwar Musyafa’
Sekjen Monash School of Jurnalistic UIN Walisongo Semarang
|
Salah
satu kebobrokan Indonesia adalah disebabkan oleh adanya kasus korupsi yang
terorganisir dan sistematis. Hal ini merupakan tanggung jawab yang harus kita pikul
bersama. Terlebih, jika nantinya orang yang “mengerti” dunia perpolitikan namun,
apatis terhadap politik; membiarkan begitu saja tanpa adanya penanganan sedikitpun,
maka orang tersebut dapat diktakan sebagai perbuatan dzolim. Oleh sebab
itu, dalam konteks sekarang ini, sangat wajib hukumnya bagi penegak keadilan
dan orang yang “mengerti” dunia politik, untuk segera merekonstruksi paradigma sesat
tersebut: Bahwa, menggerogoti uang rakyat bukan hanya berdampak negatif bagi
negara, akan tetapi juga rakyat akan mengalami penderitaan yang sama.
Tidak
hanya itu, politikus yang terlanjur terjerumus dalam sifat hidonis juga
mengakibatkan keaadan semakin takkaruan arahnya. Sebab, tak puas dalam rana
kekayaan saja, akan tetapi paradigma tersebut juga mempengaruhi kegilaannya
dalam konteks kekusaan. Sehingga demokrasi kekuasaan yang seharusnya dijadikan
sebagai pacuan masa depan, kini sudah luluh-lantah akibat sifat hidonisme yang
terlanjur mendarah-daging didalam jiwa para politikus nengeri ini.Ironisnya,
haltersebut tidak semakin disadari, akan tetapi justru semakin diminati.
Paradigma
yang sesat sudah terlanjur mendarah daging memang menjadi PR bersama,
yang nantinya bisa diubah kearah yang lebih baik. Hal ini tak cukup hanya diperhatikan
begitu saja, akan tetapi perlu adanya pihak ketiga yang mampu memberikan asupan
moral kepada para politisi yang berparadigma sesat. Oleh sebab itu, dalam konteks ini perlu adanya gerakan dari kaum
tersohor yang memiliki peran penting dalam mendidik serta mengakomodir umat
guna meluruskan paradigma yang terlanjur sesat pada sebagian beras pejabat
negeri ini. Sosok yang diperlukan tersebut bernama sang Kiyai.
Ya,
disadari atau tidak, bahwa asal-muasal negara Indonesia merdeka salah satunya
dipelopori oleh pelbagai kalangan Kiyai. Dalam sejarahnya, dulu seorang kiyai
merupakan tonggak dari pergerakan kemerdekaan yang memiliki andil cuk bsar
dalam memberikan motivator yang mampu mengobarkan semangat darah juang para
anak kecil, pemuda bahkan rang dewasa adalah sosok Kiyai.
Renungkan,
pada kala itu, peran ganda sosok kiyai, selain negajar ngaji dipesantren atau
pondok, merekan juga dapat memberikan pacuan dan motivasi oleh berbagai faunding
father. Oleh sabab itu, Jika negara ini tak mendapat perhatian khusus dari
sosok Kiyai, maka praktik korupsi akan semakin menghegemoni hingga urat nadi
yang kemungkinan besar sulit tertangani.
Dalam
konteks ini, ruh perjuangan Kiyai di masa sekarang ini sangatlah dibutuhkan
guna merekontruksi paradigma sesat yang sudah mendarah daging dalam pikiran
para politisi negeri ini yang kian ngeri. Sebab, dalam kondisi
perpolitikan sekarang ini, diakui atau tidak, bahwa para politisi haus akan
adanya “asupan“ pendidikan moral. Banyaknya politisi yang kurang mempunyai
tanggungjawab dan kesadaran pribadi merupakan paradigma sesat yang perlu
diluruskan.
Pelurusan
ini memang terkesan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, akan tetapi jika
golongan Kiyai yang masuk dalam dunia politik, kemungkinan besar dapat
menyebarkan virus positif terhadap para politisi yang teracun oleh sifat setani
duniawi.
Dunia
perpolitikan (Indonesia) yang sudah tercoreng dari berbagai maraknya praktik kasus-kasus
haram (korupsi), merupakan tantangan politisi baru dari kalangan pesantren (Kiyai)
yang nantinya bisa merombak pemikiran sesat, dan digantikan dengan pemikran
yang lebih bersih. Dalam konteks ini, peran politisi kyai tak harus menjadi
kader partai, akan tetapi cukup sebagai panutan (guru). Hingga, Perpolitikan
Indonesia yang seharusnya bisa menjadi acuan untuk meraih masa depan yang lebih
baik nampaknya akan segera terwujud, dan sudah saatnya untuk menyudahi
kebobrokan negara ini dari berbagai jeratan kasus korupsi yang selama ini tak
habis untuk dibicarakan. Wallahu a’lam bi al-shawab
Tayang di Harian Rakyat Jateng
Title :
Kiyai (Harus) Berpolitik
Description : Oleh: Ahmad Anwar Musyafa’ Sekjen Monash School of Jurnalistic UIN Walisongo Semarang Salah satu kebobrokan Indonesia adalah dise...
Rating :
5